BAB III
PEMBAHASAN
A.
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI
MADINAH
Masalah pertama yang dihadapi oleh Nabi Muhammad dan
kaum muhajirin adalah tempat tinggal, maka untuk sementara kaum Muhajirin bisa
menginap di rumah-rumah kaum Anshor, tetapi beliau sendiri memerlukan suatu
tempat khusus di tengah-tengah umatnya sebagia pusat kegiatan, sekaligus
sebagai lambing persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang
mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda itu.
Oleh karenanya ketika Rasulullah dan para sahabat
hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah
pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka
nabi Muhammad Saw pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus
disediakan untuknya. Demikian pula di antara kaum Muhajirin yang miskin yang
tidak mampu membangun tempat tinggalnya sendiri.
Masjid
itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara
bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid dan
memcerminkan persatuan dan kesatuan umat. Dimasjid itulah beliau bermusyawarah
mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjemaah, membacakan al-Quran,
maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian masjid itu
merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.
B.
MATERI PENDIDIKAN ISLAM DI
MADINAH
Pada fase
Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih komplek dibandingkan dengan
mAteri pendidikan fase Makkah. Di antara pelaksanaan pendidikan Islam di Madinah
adalah :
1. Pembentukan dan Pembinaan Masayarakat Baru
Tugas Selanjutnya yang dihadapi oleh Nabi Muhammad
adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyarakat islam yang
baru tumbuh tersebut sehingga mewujudkan satu kesatuan sosial dan satu kesatuan
politik. Nabi Muhammad pun mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang
bersatu padu. Dasar-dasar tersebut diantaranya :
a. Nabi SAW mengikis
habis sia-sia permusuhan atau pertenyangan antar suku dengan jalan mengikat
tali persaudaraan diantara mereka.
b. Nabi SAW menganjurkan
kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c. Adanya syariat zakat
dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab
sosial baik secara material maupun moral.
d. Dalam pembinaan di Madinah disyariatkan pula
media komunikasi berdasarkan wahyu yaitu shalat jum’at berjamaah. Dengan shalat
jum’at berjamaah warga berkumpul langsung dan mendengarkan khutbah Nabi SAW dan
shalat jum’at telah memupuk rasa solidaritas sosial yang sangat tinggi dalam
menangani masalah bersama.[3]
2. Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
Materi
pendidikan sosoal dan kewarganegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung didalam Konstitusi Madinah yang prakteknya
disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
Pelaksanaan
atau praktek pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat
dikemukakan sebgai berikut :
a. Pendidikan
ukhwah ( persaudaraan) antara kaum muslimimin
Dalam melaksanakan pendidikan ukhwah ini, nabi
Muhammad saw bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu.
Untuk mempersatukan keluarga itu nabi Muhammad saw berusaha untuk mengikatnya
menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipesaudarakan karena Allah bukan
karena yang lain-lain. Sesuai dengan isi kontitusi Madinah pula, bahwa antara
orang yang beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup
dan utang yang berat di antara sesama mereka. Anatara orang
yang beriman satu sama lainnya harusla saling bantu membantu dalam menghadapi
segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja sama dalam mendatangkan kebaikan,
mengurus kepentingan bersama dan menolak kemudaratan atau kejahatan yang akan
menimpa
b. Pendidikan
Kesejahteraan Sosial
Terjaminnya kesejahteraan sosial, tergantung
pertama-tama pada terpenuhinya kebutuhan pokok daripada kehidupan sehari-hari.
Untuk itu setiap orang harus bekerja mencari nafkah. Untuk mengatasi masalah
pekerjaan tersebut, nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada kaum Muhajirin yang
telah dipersaudarakan dengan kaum Ansor, agar mereka
bekerja bersama dengan saudara-saudaranya tersebut. mereka kaum Muhajirin yang
biasa betani silakan mengikuti pertanian, yang biasa berdaganga silakan
mengikuti saudara yang berdagang.
Untuk pengamanan nabi Muhammad Saw membentuk
satuan-satuan pengamat yang mendapat tugas untuk menjaga
kemungkinan-kemungkinban terjadinya serangan dan gangguan terhadap kehidupan
kaum muslimin. Satuan-satuan ini adalah merupakan embrio dari pasukan
yang bertugas untuk
mengamankan dan mempertahankan serta mendukung tugas-tugas da`wah Islam lebih
lanjut.
c. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Kaum Kerabat
Yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, istri dan anak-anaknya. Nabi Muhammad Saw
berusaha untuk memperbaiki keadaan itu dengan memperkenalkan sekaligus
menerapkan sistem kekeluargaan dan kekerabatan baru, yang berdasarkan taqwa
kepada Allah. Diperkenalkannya sistem kekeluargaan dan kekerabatan yang
berdasarkan pada pengakuan hak-hak individu, hak-hak keluarga dan kemurniaan
keturunannya dalam kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan
seimbang.[5]
Hubungan
kekerabatan, terbentuk dengan sendirinya sebagai akibat dari aturan tentang
muhrim dan ahli waris bagi seorang yang meninggal dunia serta aturan perwalian.
Dalam hubungan kekerabatan ini, ciri-ciri individu dan keluarga tampak jelas
dan menonjol dengan hak milik terhadap harta kekeyaan, sedangkan ciri
kekerabatan hanya nampak pada hakekatnya hubungan antar individu yang ditandai
dengan tidak boleh melaksanakan perkawinan intern kerabat.
3. Pendidikan Anak dalam Islam
Nabi
SAW memperingatkan agar anak diberikan bimbigan dan pendidikan agar ia tumbuh
dan berkembang dalam rangka mempersiapkan anak-anak agar mampu menerima warisan
islam dan bertanggungjawab untuk mengemban tugas-tugasnya,
Adapun
gari-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang
disyari’atkan oleh Allah dalam surat Luqman ayat 13-19, adalah sebagai berikut
:
a. Pendidikan tauhid
b. Pendidikan
Shalat
c. Pendidikan adab
dan sopan santun dalam keluarga
d. Pendidikan adab
dan sopan santun dalam bermasyarakat (kehidupan sosial)
e. Pendidikan
kepribadian
4. Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan) Dakwah Islam
Masyarakat kaum
muslimin merupakan satu state (negara) di bawah bimbingan nabi
Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha
dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia secara
bertahap. Oleh karena itu setelah masyarakat kaum muslimin di Madinah berdiri
dan berdaulat, usaha nabi Muhammad
Saw berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan
mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah.
Ajakan tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
Pertama-tama
diajaknya untuk masuk islam dengan penjelasan-penjelasan yang meyakinkan
tentang kebaikan ajaran islam dan kebenarannya, serta menunjukkan
ketidakbenaran mereka. Kalau mereka tidak mau maka mereka tidak dipaksa karena
islam tidak akan memaksakan agama kepada mereka, sebagaimana dalam qur’an surat al-baqarah ayat 256.
Kepada mereka
yang tidak mau masuk islam beliau berusaha untuk mengikat perjanjian damai.
Untuk mereka yang tidak mau mengikat
perjanjian damai ada dua kemungkinan tindakan Nabi Muhammad Saw yaitu
a.
kalau mereka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin
atau kaum kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka
mereka dibiarkan saja;
b. tetapi kalau
mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang mereka
yang telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka harus
ditundukan/diperangi, sehingga mereka menyatakan tunduk dan mengakui
kedaulatan kaum muslimin.
C.
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI
MADINAH
Kurikulum pendidikan Islam yang
dipakai di Mekkah dan Madinah adalah sama, yaitu Al-Qur’an yang dijelaskan oleh
Hadits Nabi Muhammad SAW yang diturunkan berangsur-angsur sesuai dengan situasi
dan kondisi, dan hanya Kurikulum di Madinah yang lebih komplit seiringan dengan
bertambahnya wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah.
D.
METODE PENGAJARAN DAN SISTEM
EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM DI MADINAH
Untuk menciptakan suasana kondusif
dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW. Menggunakan
bermacam-macam metode, hal itu dilakukan untuk menghindarkan
kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah
adalah:
a. Metode Ceramah, menyampaikan wahyu
yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta
keterangan-keterangannya;
b. Metode Dialog misalnya dialog antara
Rasulullah dengan Mu’adz ibn Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi
kenegeri Yaman;
c. Metode Diskusi atau Tanya Jawab,
sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum dan Rasulullah
menjawabnya. Metode diskusi misalnya diskusi antara Rasulullah dengan para
sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar;
d. Metode demonstrasi, misalnya Hadits
Rasulullah,”sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahnyng”;
e. Metode perumpamaan, misalnya orang
mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota
tubuh lainnya akan turut merasakannya;
f. Metode kisah, misalnya kisah beliau
dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan kisah pertemuan antara Nabi Musa as
dengan Nabi Khidir As;
g. Metode pembiasaan, membiasakan kaum
muslimin untuk salat berjemaah;
h. Metode hafalan, misalnya para
sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-Qur’an dengan hafalan.
Metode pendidikan akhlak, disampaikan Nabi dengan
membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi kisah-kisah umat yang terdahulu supaya
diambil pengajaran dan iktibar dari kisah itu. Orang-orang yang taat dan patuh
mengikuti Rasulullah, akan mendapatkan kebahagiaan dan orang-orang yang durhaka
akan mendapat siksa, seperti kisah Qarun dan Musa yang berbuat baik kepada
putri Su’aib dan lain-lain.
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat
tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi Muhammad
SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi
sahabat-sahabatnya, Rasulullah SAW dapat mengetahui kemampuan para sahabat
dalam memahami ajaran agama dan menjalankan tugas. Untuk melihat hasil
pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para
sahabat dengan menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di
hadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Selain
itu, Nabi Muhammad SAW menggunakan system pengukuran, namun tidak menggunakan
sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Nabi
Muhammad SAW melakukan pengukuran terhadap perilaku manusia dengan tanda-tanda
orang beriman ialah mencintai orang lain sesama mukmin, seperti mencintai
dirinya sendiri. Ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah
dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya, tetapi yang terakhir
ini menunjukkan selemah-lemahnya iman.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
-
Lembaga pendidikan islam di Madinah
Program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan
sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum
muslimin.Dengan demikian, masjid itu merupakan sustu tempat atau lembaga
sebagai pusat pendidikan serta pengajaran.
-
Materi pendidikan islam di Madinah
a. Pembentukan dan Pembinaan Masayarakat Baru
b. Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
c. Pendidikan Anak dalam Islam
d. Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan) Dakwah Islam
-
Kurikulum pendidikan islam di Madinah
Kurikulum pendidikan Islam yang dipakai di Mekkah dan
Madinah adalah sama, yaitu Al-Qur’an yang dijelaskan oleh Hadits Nabi Muhammad
yang diturunkan berangsur-angsur sesuai dengan situasi dan kondisi, dan hanya
Kurikulum di Madinah yang lebih komplit seiringan dengan bertambahnya wahyu
yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah.
-
Metode Pengajaran Dan Sistem Evaluasi pendidikan islam
di Madinah
Metode yang diterapkan Rasulullah
adalah : Metode Ceramah, Metode Dialog, Metode Diskusi atau Tanya
Jawab, Metode Diskusi, Metode Demonstrasi, Metode Perumpamaan, Metode Kisah, Metode Pembiasaan, Metode hafalan.
DAFTAR
PUSTAKA
Zuhairini,dkk.
Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara.2006)
No comments:
Post a Comment