BAB I
PERMASALAHAN
DAN SOLUSI UMUM SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN
Mengingat
kompleksitas organisasi pendidikan dan harapan akan akurasi yang semaksimal
mungkin, maka data-data yang beraitan dengan pendidikan perlu terus
disempurnakan dan dikembangkan melalui proses pembaharuan data di setiap unit
organisasi yang terkait. Di dunia pendidikan setidaknya melibatkan 4 sistem
yaitu sistem akademik sebagai inti sistem dan didukung oleh sistem keuangan,
sistem sumberdaya manusia dan sistem aset fasilitas. Idealnya, sistem akademik
yang baik dengan jumlah siswa atau mahasiswa tertentu akan mampu memprediksi
jumlah kebutuhan sumberdaya manusia yang diperlukan, biaya yang akan
dikeluarkan dan jumlah kelas maupun ruangan yang dibutuhkan. Itu berjalan
secara sistemik sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
PERMASALAHAN
SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN
Secara umum
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis Sistem Informasi
Pendidikan (SIP) menghadapi beberapa permasalahan atau kendala manajamen, di
antaranya adalah:
A. Disintegrasi sistem informasi
Yang dimaksud
dengan disintegrasi sistem informasi yang dimaksud adalah terjadinya suatu
kondisi dimana informasi antar satu unit dengan unit yang lain dalam sebuah
organisasi pendidikan masih terpisah satu dengan lainnya. Masing-masing unit
memiliki data dengan subjek dan atau objek yang sama, namun masing-masing tidak
memiliki kesesuaian kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan akan data dalam sistem
kerja yang berjalan pada masing-masing unit organisasi perlu di dorong untuk
mengembangkan aplikasi pengelola data secara terintegrasi dengan pola aplikasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan unit di dalam organisasi pendidikan tersebut.
Basisdata dikembangkan belum merujuk pada suatu sistem penyimpanan data yang
terpusat, melainkan digunakan basisdata berdasar pada data yang dimiliki oleh
masing-masing unit. Keadaan ini menyebabkan sulitnya proses validasi dan
penggunaan data data secara terintegrasi dalam sebuah organisasi atau lembaga
pendidikan.
B. Rendahnya penggunaan data akurat dalam sistem pengambilan
keputusan
Agak sulit
untuk mengemukakan ini terjadi namun pada intinya data yang masih dimiliki
dapat diidentifikasi data masih parsial, data lambat diperbaharui, dan akurasi
data belum tepat. Katakan saja persoalan tersebut berawal dari beberapa hal-hal
sebagai berikut: (i) tidak tersedianya sistem penyimpanan, pemerosesan dan
publikasi informasi yang dapat bekerja secara cepat, terintegrasi, dan dapat
dipercaya, (ii) dana yang tidak memadai untuk membangun infrastruktur
pengelolaan data secara terpusat dan terintegrasi (iii) sumber daya manusia
yang belum mampu mengikuti perubahan teknologi dalam pelaksanaan pekerjaan,
karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, dan (iv) adanya resistensi
pada pemanfaatan sistem baru, lebih nyaman menggunakan sistem lama yang sudah
biasa digunakan, dirasakan sudah mapan dan dinilai baik.
C. Lemahnya sistem pembaharuan data
Data yang ada
tidak memiliki mekanisme pembaharuan yang dapat berjalan secara real time.
Tidak terdapat suatu mekanisme kerja sistem yang secara khusus mengatur sistem
pembaharuan data secara terus menerus dan berkesinambungan. Anggaplah suatu
contoh keberadaan data kepegawaian; guru atau dosen yang sudah meninggal, sudah
naik pangkat atau sudah menyelesaikan studi masih belum terupdate di sistem.
Keadaan data seperti ini bisa jadi hal sepele, namun dari sisi sistem akan
berpengaruh kepada sistem yang lainnya orang yang sudah meninggal masih
terjadwal di akademik, orang yang sudah naik pangkat atau sudah selesai
pendidikan masih belum mendapatkan haknya. Penyebabnya dimungkinkan karena
bagian entri data tidak mendapatkan data atau laporan dari yang bersangkutan.
D. Kurangnya Sistem Aplikasi Manajemen
Idealnya,
organisasi pendidikan memerlukan beberapa aplikasi sistem untuk mendukung
terhadap manajemen pendidikan, infrastruktur yang memadai, dan berbagai sistem
aplikasi yang diperlukan di unit yang ada dalam organisasi pendidikan tersebut
secara terintegrasi, terpadu dan real time. Basisdata yang ada bisa digunakan
untuk seluruh sistem yang dikembangkan dan pada dasarnya data dan obyeknya sama
namun penggunaan dan pelaporan yang berbeda. Sistem aplikasi manajemen yang
diterapkan di unit akan memanfaatkan data tersebut untuk keperluan pelaporan
yang berbeda. Data siswa atau mahasiswa dapat digunakan untuk pelaporan
keuangan, prestasi, beasiswa dan yang lain-lainnya.
E. Tidak Terjaminnya Sistem Keamanan
Sistem keamanan
menjadi masalah terbesar dalam implementasi sistem informasi pendidikan. Sumber
tidak stabilnya sistem keamanan dalam beberapa penelitian kejadian disebabkan
karena etika dan moralitas faktor internal organisasi. Walau tidak menuntut
kemungkinan disebabkan oleh faktor ekternal. Sistem keamanan biasa meliputi
keamanan sistem aplikasi, sistem keamanan monitoring dan juga sistem keamanan
yang berhubungan dengan konten. Terjaminnya sistem keamanan akan meningkat
tingkat kepercayaan dari pemilik dan pengguna sistem.
F. Infrastruktur TIK yang belum memadai
Pengembangan
infrastruktur TIK untuk menjamin ketersediaan layanan menjadi aspek yang
mendasar. Dalam beberapa aplikasi sistem, kebutuhan infrastruktur menjadi
prasarat dalam mengoperasionalisasikan sistem. Platform teknologi yang berupa
infrastruktur hardware maupun software menjadi amat penting apabila kapasitas
aksesibilitas sistem yang semakin berkembang.
G. Kelembagaan Pengelola TIK yang belum satu atap
Masing-masing
unit atau bagian yang ada di lembaga pendidikan memiliki unit atau organ yang
menangani, mengembangkan, mengadakan dan menafaatkan sistem informasi. Hal ini
yang menyebabkan kinerja lembaga pendidikan secara parsial berdasarkan unit
tidak terintegrasi secara keseluruhan. Hal ini, akan menjadi baik apabila unit
tersebut menggunakan database bersama, namun kalau unit tersebet memiliki dan
mengembangkan basisdata yang terpisah maka akan menjadi tidak efektif, efisien
dan akurasi data akan menjadi lemah.
SOLUSI SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN
Pada dasarnya setiap kendala atau masalah bisa dicarikan jalan
keluarnya. Untuk mengatasi kendala atau masalah yang telah disebutkan di atas
maka perlu diambil langkah sebagai berikut:
A. Penggunaan Database Bersama
Sistem
informasi harus dikembangkan dengan mengupayakan pemanfaatan database bersama (shared
database) oleh pengguna atau sistem yang berbeda. Di samping mengurangi
beban kerja, hal ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan pada saat
menginput data (one stop input process) sehingga keakuratan data akan
lebih terjamin. Penggunaan database bersama juga diharapkan akan mengurangi
pekerjaan penginputan data secara manual yang berulang-ulang. Makna lain dari
pengertian ini adalah basisdata sama namun keperluan berbeda untuk
masing-masing unit kerja. Dalam dunia pendidikan mulai dari taman bermain atau
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi sekalipun memiliki obyek dan subyek
yang sama semuanya bermuara pada peserta didik. Hal ini memudahkan pada
pengelolaan basisdata bersama untuk kepentingan bersama.
B. Aplikasi Berbasis Web
Aplikasi
manajemen bisa dilakukan berbasis desktop atau berbasis online. Penggunaannya
sangat bergantung pada tingkat keamanan, kebutuhan akan data pengguna dan daya
akses pengguna. Misalnya untuk data yang bersifat terbatas untuk kalangan
tertentu dan pada tempat tertentu bisa menggunakan aplikasi desktop atau
intranet sedangkan aplikasi yang mengolah data yang tidak kritis sebaiknya
dikembangkan dengan menggunakan web sebagai antarmuka (interface). Web
sebagai antarmuka akan mempermudah pemasangan (deployment) dari
aplikasi. Aplikasi berbasis web juga memiliki fleksibilitas yang tinggi
terhadap peningkatan jumlah pengguna, dengan kata lain memiliki tingkat
skalabilitas yang lebih baik. Hal positif lain dari aplikasi berbasis web
adalah kemudahan dalam pemeliharaannya. Perbaikan dan modifikasi aplikasi cukup
dilakukan pada server aplikasi dan tidak memerlukan perubahan pada sisi
pengguna aplikasi. Pengertian aplikasi yang tidak kritis merujuk pada
aplikasi-aplikasi yang tidak akan melumpuhkan operasional bisnis UPI secara
tiba-tiba dan langsung jika aplikasi tersebut gagal berfungsi. Aplikasi yang
tergolong tidak kritis misalnya aplikasi-aplikasi terkait administrasi seperti:
aplikasi pengelolaan pengelolaan sumber daya manusia.
C. Sistem Terintegrasi
Pengembangan
sistem informasi harus diarahkan agar tercipta sistem yang terintegrasi (integrated
systems). Sistem terintegrasi adalah sebuah sistem yang mampu melingkupi
dan mendukung proses-proses kerja yang saling terkait. Sebagai contoh
pengelolaan sumber daya manusia (SDM) melibatkan proses rekrutmen, pelatihan
dan pendidikan, evaluasi kinerja, pemeliharaan kesehatan, evaluasi remunerasi,
dan sebagainya. Sistem terintegrasi harus dapat mendukung seluruh proses
tersebut dan mengoptimalkan penggunaan hasil-hasil (informasi) dari proses yang
lain seperti dari sistem informasi akademik, sistem informasi keuangan dan
sistem informasi aset fasilitas.
D. Interoperabilitas
Pengembangan
sistem komunikasi dan informasi harus diarahkan dengan mempertimbangkan interoperabilitas
antar sistem. Interoperabilitas adalah kemampuan satu sistem untuk bekerja
sama dengan sistem yang lain. Salah satu faktor penting terkait dengan
interoperabilitas adalah penggunaan standar/ flatform yang seragam oleh
sistem-sistem yang harus bekerja sama. Flatform basisdata menjadi acuan dalam
pengembangan aplikasi-aplikasi sistem yang lainnya.
E. Keamanan Informasi
Sistem informasi harus
mempertimbangkan aspek keamanan informasi yang akan dikelola (diakuisisi,
disimpan, diolah, atau ditransfer ) oleh sistem tersebut. Aspek-aspek dari
keamanan informasi adalah kerahasiaan, kebenaran (validitas) dan antisipasi
terhadap kehilangan data (backup & recovery). Selain itu, etika dan
moralitas sumberdaya manusia yang mengendalikan sistem informasi harus memiliki
integritas, jujur dan terpercaya.
F. Skalabilitas
Pengembangan sistem informasi harus
mampu mengantisipasi perubahan kapasitas dan fungsi sistem yang dibutuhkan.
Perubahan kapasitas dan fungsi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di
antaranya: pertambahan jumlah pengguna, penambahan fungsi, atau sebagai dampak
dari kejadian khusus tertentu. Sebagai contoh faktor-faktor tersebut misalnya
pertambahan jumlah personil, pertambahan unitolisi, pemekaran wilayah, dinamika
politik dan keamanan, dan sebagainya.
G. Tingkat Ketersediaan
Sistem informasi harus memberikan
jaminan tingkat ketersediaan (availabilitiy) layanan pada saat
diperlukan. Hal ini sangat bergantung pada tingkat kritisnya suatu sistem.
Sistem harus dipastikan bekerja dengan baik pada saat diperlukan.
H. Kemudahan Akses
Kemudahan akses harus memberikan
layanan pada pengguna. Kemudahan ini dapat berupa akses terhadap layanan yang
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, atau dapat berupa kemudahan
penggunaan perangkat. Pengguna tidak dibebani untuk mempelajari sistem tetapi
dapat fokus pada pelaksanaan pekerjaannya.
I. Proses Kerja yang Ringkas
Terciptanya proses kerja yang lebih
ringkas (streamlined operational process) akan mempermudah terhadap
layanan sistem. Perencanaan sistem informasi harus mempertimbangkan
peluang-peluang untuk meringkas proses kerja dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Pengembangan sistem komunikasi dan informasi tidak
hanya ditujukan untuk melakukan otomatisasi pekerjaan tertentu, tetapi juga
merupakan peluang dalam melakukan rekayasa ulang dari proses kerja.
J. Kinerja
Seharusnya sistem informasi yang
baik harus mampu memberikan layanan dalam suatu rentang waktu yang dapat
diterima oleh penggunanya. Kinerja sistem tidak hanya dilihat dari kapasitas
sistemnya saja, namun lebih jauh dapat dilihat juga dari sisi penggunanya.
Sistem harus mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi bagi penggunanya.
K. Otorisasi
Akses terhadap sistem hanya dapat
dilakukan oleh pengguna yang berhak. Hak akses terhadap sistem informasi harus
diatur dan ditentukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Otorisasi
pengguna sistem bisa dikembangkan berlapis. Hal ini, sangat bergantung pada
kompleksitas sistem informasi. Biasanya otoritas pengguna sistem bisa
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu : (i) super administrator yang
mampu menentukan tingkat pengguna dan memiliki otoritas penuh terhadap sistem,
(ii) admin yang bertanggung jawab terhadap pengguna sistem pada unit tertentu,
dan (iii) pengguna tingkat operator yang bertanggung jawab terhadap
operasionalisasi sistem.
L. Infrastruktur Bersama
Pengembangan infrastruktur perlu
diarahkan pada penggunaan infrastruktur bersama. Teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) pada saat ini telah memungkinkan pemanfaatan infrastruktur
yang sama untuk mengalirkan berbagai bentuk informasi, seperti video, gambar,
suara, dan data. Dengan perencanaan yang baik, pemanfaatan infrastruktur
bersama akan mengurangi biaya yang diperlukan untuk memperoleh layanan yang
dibutuhkan.
M. Komunikasi Berbasis Internet Protocol (IP)
Penggunaan Internet Protocol (IP)
sebagai standar komunikasi perlu dikembangkan. Dengan sistem informasi berbasis
berbasis IP memungkinkan penggunaan infrastruktur bersama sebagaimana diuraikan
pada poin L dapat terwujud dengan baik.
No comments:
Post a Comment