...... bersambung
dari Bab 370a
1849. Dari Abu Hurairah r.a.
pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak
diajak berbicara oleh Allah -dengan pembicaraan yang menunjukkan keredhaan,
tidak pula disucikan - yakni diampuni dosanya - serta tidak dilihat olehNya
-dengan pandangan kerahmatan - besok pada hari kiamat dan mereka akan memperoleh
siksa yang pedih sekali, iaitu orang tua yang berzina, raja - atau kepala negara
- yang pendusta serta orang miskin yang berlagak sombong." (Riwayat Muslim)
Al'ail iaitu orang fakir.
1850. Dari Abu Hurairah r.a.
pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saihan, Jaihan, Furat dan Nil,
semuanya itu adalah nama-nama sungai di syurga." (Riwayat Muslim)
1851. Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. mengambil tangan saya, lalu bersabda: "Allah
menciptakan tanah - yakni bumi - itu pada hari Sabtu, di situ Allah menciptakan
gunung-gunung pada hari Ahad, menciptakan pohon-pohon pada hari Isnin,
menciptakan apa-apa yang tidak disenangi - seperti fitnah dan Iain-Iain - pada
hari Selasa, mencipta-kan cahaya pada hari Rabu dan Allah menyebarkan
binatang-binatang di bumi itu pada hari Khamis. Allah menciptakan Adam a.s.
sesudah Ashar pada hari Jum'at, iaitu pada akhir penciptaanNya pada semua
makhluk, pada akhir saat dari waktu siang yakni antara waktu Ashar sampai
malam." (Riwayat Muslim)
1852. Dari Abu Sulaiman yaitu
Khalid bin al-Walid r.a., katanya: "Sungguh-sungguh telah putuslah di tanganku
pada hari peperangan Mu'tah sebanyak sembilan buah pedang, maka yang masih
tertinggal di tanganku tidak ada lain kecuali pedang bentuk buatan Yamani."
(Riwayat Bukhari)
1853. Dari 'Amr bin al-'Ash
r.a. bahawasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seseorang
hakim memberikan hukum - yakni keputusan - lalu ia berijtihad, kemudian benar -
sesuai dengan kehendak agama Allah, maka ia memperolehi dua pahala, sedang
apabila ia memberikan hukum dan berijtihad lalu salah, maka ia memperoleh satu
pahala." (Muttafaq 'alaih)
1854. Dari Aisyah radhiallahu
'anha bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya penyakit panas itu berasal
dari sebaran wap neraka Jahannam, maka dari itu dinginkanlah ia dengan
menggunakan air." (Muttafaq 'alaih)
1855. Dari Aisyah radhiallahu
'anha dari Nabi s.a.w., katanya: "Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia
mempunyai tanggungan hutang puasa, maka bolehlah walinya berpuasa untuk menutupi
hutangnya itu." (Muttafaq 'alaih)
Menurut pendapat yang
terpilih ialah bolehnya berpuasa untuk melunasi hutang puasa yang meninggal
dunia kerana berdasarkan Hadis ini. Ada pun yang dimaksud dengan perkataan wali
– yang boleh memusakainya itu - ialah keluarga yang berkedudukan sebagai ahli
waris dari orang yang meninggal dunia tadi, atau pun yang bukan ahli warisnya.
1856. Dari Auf bin Malik bin
at-Thufail bahawasanya Aisyah radhiallahu 'anha diberitahu bahawasanya Abdullah
bin az-Zubair radhiallahu 'anhuma berkata dalam suatu pembelian atau suatu
pemberian yang diberikan oleh Aisyah radhiallahu 'anha: "Demi Allah, nescayalah
Aisyah harus suka menghentikan ini atau kalau tidak suka, maka nescayalah saya
akan meninggalkan berbicara padanya - yakni tidak menyapanya." Aisyah berkata:
"Benarkah Abdullah bin az-Zubair berkata demikian." Orang-orang berkata: "Ya."
Aisyah lalu berkata: "Saya bernazar kerana Allah terhadap dirinya iaitu saya
tidak akan berbicara dengan anak az-Zubair itu selama-lamanya." Abdullah bin
az-Zubair meminta pertolongan untuk dapat bercakap-cakap lagi dengan Aisyah itu
ketika keadaan tidak saling menyapa tadi sudah berjalan lama.
Tetapi Aisyah tetap berkata:
"Tidak, demi Allah, saya tidak akan menerima permintaan tolongnya itu dan saya
tidak akan melanggar sumpah dalam nazar saya ini." Ketika peristiwa itu sudah
dirasa amat lama sekali bagi Abdullah bin az-Zubair, lalu ia berbicara kepada
al-Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al Aswad bin Abdu Yaghuts dan
berkata kepada kedua orang itu: "Saya meminta kepada saudara berdua, supaya
engkau berdua dapat memasukkan saya di tempat Aisyah radhiallahu 'anha, sebab
sesungguhnya ia tidak halal hukumnya untuk bernazar terus memutuskan hubungan
kekeluargaan dengan saya." Al Miswar dan Abdur Rahman menerima permintaannya
itu, sehingga pada suatu ketika keduanya meminta izin pada Aisyah -dan Abdullah
bin az-Zubair ikut serta.
Keduanya berkata: Assalamu
'alaiki wa rahmatullahi wa barakatuh, apakah kita semua boleh masuk?" Aisyah
berkata: "Masuklah semua." Mereka berkata: "Kita semuakah boleh masuk itu?" la
menjawab: "Ya, masuklah engkau semua." Aisyah radhiallahu 'anha tidak mengerti
bahawa Abdullah bin az-Zubair menyertai kedua orang tersebut. Setelah semuanya
masuk, lalu Abdullah bin az-Zubair langsung masuk ke dalam tabir -sebab Aisyah
radhiallahu 'anha ada di balik tabir kalau menemui lelaki dan Abdullah bin
az-Zubair itu adalah kemanakannya sendiri yakni anak Asma', saudarinya. Abdullah
segera merangkul Aisyah -bibinya - radhiallahu 'anha dan mulailah meminta-minta
- agar dimaafkan kesalahannya - sambil menangis. Al-Miswar dan Abdur Rahman juga
meminta-minta - supaya dimaafkan, kemudian suka bercakap-cakap lagi dengannya
dan menerima permintaan maafnya itu.
Keduanya berkata bahawasanya
Nabi s.a.w. melarang apa yang dilakukan dalam hal tidak suka menyapanya itu.
Juga bahawasanya seseorang Muslim itu tidak halal untuk meninggalkan saudaranya
-iaitu tidak menyapa - lebih dari tiga hari." Setelah orang-orang itu semuanya
banyak-banyak dalam memberikan peringatan dan peri-hal remehnya soal yang
menyebabkan tidak menyapa tadi, lalu Aisyah radhiallahu 'anha mulai
memberitahukan kepada keduanya itu perihal nazarnya, kemudian ia menangis dan
berkata: "Sesungguhnya saya telah bernazar dan nazar itu adalah berat
tanggungan-nya." Keduanya tidak henti-hentinya memberikan peringatan dan
akhirnya Aisyah radhiallahu 'anha suka berbicara lagi dengan Abdullah bin
az-Zubair. Untuk menebus denda sumpah nazarnya -yang dilanggar - itu Aisyah
radhiallahu 'anha memerdekakan empat puluh orang hamba sahaya - sebenarnya yang
wajib hanyalah memerdekakan seorang hamba sahaya saja, tetapi oleh sebab sangat
taqwanya kepada Allah, lalu ia berbuat demikian. Aisyah selalu ingat saja akan
nazarnya dulu setelah peristiwa kembali baik, kemudian menangis, sampai-sampai
kerudungnya itu menjadi basah oleh air matanya." (Riwayat Bukhari)
1857. Dari Uqbah bin Amir
r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. pergi keluar ke tempat orang-orang yang
terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau s.a.w. mendoakan mereka setelah
terkubur selama lapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk
orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau s.a.w. naik ke
mimbar lalu bersabda: "Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua
sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya
tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh - sebuah danau di syurga.
Sebenarnya saya nescayalah dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada
yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan
menjadi orang musyrik - sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang
saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlumba-lumba
dalam mengejar keduniaan." Uqbah berkata: "Itulah yang merupakan pandangan saya
yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w." (Muttafaq
'alaih)
Dalam riwayat lain
disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Tetapi yang saya takutkan menimpa engkau
semua ialah kalau engkau semua sama berlumba-lumba mengejar keduniaan dan engkau
semua lalu saling perang memerangi, sehingga menyebabkan engkau semua rosak
binasa sebagaimana rosak binasanya orang yang sebelummu semua dahulu." Uqbah
berkata: "Itulah yang terakhir sekali saya melihat Rasulullah s.a.w. berdiri di
atas mimbar." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya sayalah yang dahulu sekali meninggalkan engkau semua dan saya
menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya saya dapat melihat pada Haudhku itu
sekarang. Sesungguhnya saya juga dikurniai segala kunci per-bendaharaan bumi
serta kunci-kunci kekayaan bumi. Demi Allah, tidak ada yang saya takutkan untuk
menimpa engkau semua kalau engkau semua akan berlaku musyrik sepeninggalanku
nanti, tetapi saya takut kalau engkau semua sama berlumba-lumba mengejar
keduniaan." Yang dimaksudkan dengan shalat kepada orang-orang yang mati dalam
peperangan Uhud itu ialah berdoa, jadi bukan shalat sebagaimana yang dimaklumi
itu.
1858. Dari Abu Zaid yaitu
'Amr bin Akhthab al-Anshari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersembahyang
dengan kita semua iaitu shalat Subuh, lalu beliau naik mimbar, kemudian
berkhutbah di hadapan kita, sehingga datanglah waktu Zuhur, terus turun dan
bersembahyang. Selanjutnya beliau s.a.w. naik mimbar lagi terus berkhutbah
sehingga datanglah waktunya shalat Asar, lalu turun dan bersembahyang. Sehabis
itu beliau s.a.w. naik mimbar lagi sehingga terbenamlah matahari. Beliau s.a.w.
memberitahukan kepada kita apa yang telah terjadi dan apa-apa yang bakal
terjadi. Maka orang yang terpandai di antara kita - dengan ayat-ayat Allah, itu
pulalah yang paling banyak hafalannya." (Riwayat Muslim)
1859. Dari Aisyah radhiallahu
'anha, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang bernazar akan taat
kepada Allah, maka wajiblah ia taat kepadaNya dan barangsiapa yang bernazar
hendak bermaksiat kepada Allah, maka wajiblah ia tidak bermaksiat padaNya."
(Riwayat Bukhari)
1860. Dari Ummu Syarik
radhiallahu 'anha bahawasanya Rasulullah s.a.w. memerintahnya supaya membunuh
wazagh dan beliau s.a.w. bersabda: "Wazagh itu dahulu pernah meniup-niup api
pada Ibrahim - supaya lebih menyala." (Muttafaq 'alaih) Erti wazagh lihat Hadis
no. 1861.
1861. Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa membunuh wazagh dalam pukulan
pertama, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian dan barangsiapa yang
membunuhnya dalam pukulan kedua, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian,
tetapi di bawah yang pertama. Kemudian kalau ia dapat membunuhnya dalam pukulan
ketiga kalinya, maka ia memperoleh kebaikan sekian, sekian." Dalam riwayat lain
disebutkan: "Barangsiapa yang membunuh wazagh dalam pukulan pertama, maka
dicatatlah untuknya seratus kebaikan dan dalam pukulan kedua di bawahnya itu dan
dalam pukulan ketiga di bawahnya itu pula." (Riwayat Muslim)
Ahli lughah berkata: Erti
wazagh ialah sejenis toke yang besar-besar. Jadi bukan cicak yang lazim
ada di rumah itu.
1862. Dari Abu Hurairah r.a.,
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang lelaki berkata: "Nescayalah
saya akan bersedekah dengan sesuatu sedekah." lapun keluarlah dengan membawa
sedekahnya, lalu diletakkannya di tangan seorang pencuri. Pagi-pagi orang-orang
sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada seorang pencuri." Orang
itu lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah segenap puji-pujian, nescayalah saya akan
bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." la pun keluarlah dengan membawa
sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang wanita penzina -pelacur.
Pagi-pagi orang-orang sama bercakap-cakap: "Tadi malam itu disedekahkan kepada
seorang wanita penzina." Orang tadi berkata: "Ya Allah, segenap puji-pujian
adalah bagiMu atas seseorang wanita penzina. Tetapi nescayalah saya akan
bersedekah lagi dengan sesuatu sedekah." la pun keluarlah dengan membawa
sedekahnya lalu meletakkannya di tangan seorang kaya. Pagi-pagi orang-orang
bercakap-cakap lagi: "Tadi malam itu disedekahkan kepada orang kaya." Orang itu
lalu berkata: "Ya Allah, bagiMulah, segenap puji-pujian atas seorang pencuri,
seorang pelacur dan seorang kaya." Kemudian didatangkanlah suatu impian padanya
dan dikatakan kepadanya: "Adapun sedekahmu kepada pencuri itu, barangkali ia
akan menahan dirinya dari pencurian, ada pun yang kepada wanita pelacur, maka
barangkali ia menahan diri dari perzinaannya, sedang yang kepada orang kaya,
maka barangkali ia dapat mengambil cermin teladan dengan perbuatanmu itu, lalu
ia suka menafkahkan sebahagian dari apa-apa yang dikurniakan oleh Allah
padanya." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan lafaznya dan juga diriwayatkan
oleh Imam Muslim dengan huraian yang semakna dengan di atas itu
1863. Dari Abu Hurairah r.a.,
katanya: "Kita semua berada bersama Rasulullah s.a.w., lalu dihidangkanlah untuk
beliau s.a.w. sebuah hasta dan ini memang sangat menyukakannya. Beliau s.a.w.
menggigitnya sekali gigitan kemudian bersabda: "Saya adalah penghulu sekalian
manusia besok pada hari kiamat, apakah engkau semua mengerti, apakah sebabnya
demikian itu?" Allah akan mengumpulkan seluruh manusia yang dahulu-dahulu dan
yang belakangan di suatu tanah, kemudian dilihat oleh orang yang melihat dan
dapat memperdengarkan kepada orang-orang itu orang yang mengundang. Matahari
dekat sekali dengan mereka itu. Sekalian manusia mendapatkan kesusahan dan
keseng-saraan,sehingga dirasakannya tidak kuat lagi menahannya dan tidak tahan
lagi terhadap penderitaan itu. Para manusia itu lalu berkata: "Adakah engkau
semua tidak mengetahui, hingga bagaimanakah keadaan yang sama-sama engkau semua
alami ini? Apakah engkau semua tidak memikirkan kepada siapakah yang kiranya
dapat memberikan syafaat untukmu semua kepada Tuhanmu?" Setengah manusia ada
yang berkata kepada yang lainnya: Abukum Adam yakni ayo menuju ke bapakmu
semua iaitu Nabi Adam. Para manusia lalu mendatangi Nabi Adam, kemudian berkata:
"Wahai Nabi Adam, anda itu adalah bapa dari seluruh manusia.
Allah telah menciptakan bapa
dengan tangan kekuasaanNya. Allah telah meniupkan dalam tubuh bapa dengan
ruhNya. Allah juga memerintah kepada para malaikat untuk menghormat kepada bapa,
mereka lalu bersujud - menghormat - bapa dan memberikan tempat syurga kepada
bapa. Sudilah kiranya bapa memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan.
Adakah bapa tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami ini dan hingga
bagaimanakah kesengsaraan kita semua ini?" Nabi Adam lalu menjawab:
"Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka
sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana
sekarang ini sesudah hari ini. Allah sudah melarang kepadaku akan suatu pohon,
tetapi kulanggarlah larangan itu. Diriku, diriku, diriku sendiri - belum tentu
selamat. Silakan pergi saja kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Nuh.
Para manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh, lalu berkata: "Wahai Nabi Nuh, anda
adalah pertama-tama Rasul yang ada di atas permukaan bumi. Allah telah
memberikan nama kepada anda dengan sebutan "Hamba yang sangat banyak
bersyukurnya." Adakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami
ini? Adakah anda tidak mengetahui hingga bagaimana kesengsaraan kita ini?
Sudilah kiranya anda memberikan pertolongan untuk kita semua dari Tuhan anda."
Nabi Nuh lalu menjawab:
"Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini, belum pernah murka
sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan murka sebagaimana
sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saja aku ini memiliki suatu doa
mustajab, kemudian kupakai untuk mendoakan kerosakan bagi kaumku - yakni dengan
adanya siksa berupa banjir sedunia. Diriku, diriku, diriku sendiri - belum tentu
selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nabi Ibrahim. Para
manusia lalu mendatangi Nabi Ibrahim, kemudian berkata: "Wahai Nabi Ibrahim,
anda itu adalah Nabinya Allah, juga sebagai kekasihnya dari golongan penghuni
bumi. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita semua kepada Tuhan
anda. Adakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami sekarang ini."
Nabi Ibrahim menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini,
belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan
murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini sudah
pernah berdusta sampai tiga kali banyaknya.* Diriku, diriku, diriku sendiri –
belum tentu selamat.
Pergilah kepada orang selain
aku, pergilah kepada Nabi Musa." Para manusia lalu mendatangi Nabi Musa,
kemudian berkata: "Wahai Nabi Musa, anda itu adalah utusan Allah. Allah telah
mengurniakan keutamaan kepada anda dengan risalah dan firman-Nya melebihi
orang-orang lain. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita semua
kepada Tuhan anda. Adakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita alami
ini?" Nabi Musa menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada hari ini,
belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan juga tidak akan
murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini. Sebenarnya saya ini pernah
membunuh seorang manusia yang saya tidak diperintah untuk membunuhnya.
Diriku, diriku, diriku
sendiri - belum tentu selamat. Pergilah kepada orang selain aku. Pergilah kepada
Nabi Isa." Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa, lalu berkata: "Wahai Nabi
Isa, anda itu adalah utusan Allah dan kalimatnya disampaikan kepada Maryam dan
anda itu pun ruh dari Allah. Anda telah memberikan sabda kepada orang banyak
ketika masih dalam buaian. Sudilah kiranya anda memberikan syafaat untuk kita
semua kepada Tuhan anda. Apakah anda tidak mengetahui keadaan yang sedang kita
alami ini?" Nabi Isa lalu menjawab: "Sesungguhnya Tuhanku amat murka sekali pada
hari ini dan belum pernah murka sebagaimana sekarang ini sebelum hari ini dan
juga tidak akan murka sebagaimana sekarang ini sesudah hari ini." Nabi Isa tidak
menyebutkan sesuatu dosa yang pernah dibuatnya. Diriku, diriku, diriku sendiri -
belum tentu selamat. Pergilah engkau semua kepada orang selain aku. Pergilah
kepada Nabi Muhammad. Para manusia terus pergi mendatangi Muhammad s.a.w. – di
dalam riwayat lain diterangkan: Para manusia lalu mendatangi aku, kemudian
berkata: "Wahai Nabi Muhammad, anda itu adalah pesuruh Allah dan penutup
sekalian Nabi. Allah sungguh-sungguh telah mengurniakan pengampunan kepada
dosa-dosa anda yang sudah-sudah dan yang akan datang. Sudilah kiranya anda
memberikan syafaat untuk kita kepada Tuhan anda. Adakah anda belum mengetahui
keadaan yang sedang kita alami sekarang ini?" Saya pun lalu berangkat sampai
datang di bawah 'arasy, selanjut-nya saya pun bersujudlah kepada Tuhanku.
Di kala itu Allah membukakan
padaku dari puji-pujianNya serta keindahan penghargaan pujian terhadap
hadhiratNya. Yang sedemikian ini adalah suatu keadaan yang belum pernah
dibukakan oleh Allah kepada siapapun sebelum ini. Selanjutnya lalu dikatakan:
"Hai Muhammad, angkatlah kepalamu. Ajukanlah permohonan dan pasti akan
dikabulkan permohonanmu itu. Mintalah untuk dapat memberikan syafaat dan pasti
engkau akan diberi izin untuk memberi syafaat itu." Selanjutnya saya lalu
mengangkat kepalaku, kemudian memohonkan: "Ummat hamba, ya Tuhan; ummat hamba,
ya Tuhan; ummat hamba, ya Tuhan." Setelah itu lalu diucapkan: "Hai Muhammad,
masukkanlah orang-orang yang tidak diperlukan untuk dihisab lagi dari ummatmu
itu dari pintu sebelah kanan. Orang-orang itu pun juga sebagai kawan-kawan para
manusia yang akan masuk dari pintu selain pintu kanan." Nabi s.a.w. meneruskan
sabdanya: "Demi Zat yang jiwaku dalam tanganNya - kekuasaanNya, sesungguhnya
jauh jaraknya antara dua lipatan pintu dari semua lipatan-lipatan pintu-pintu
syurga itu adalah sama jauhnya dengan jarak antara Makkah dan Hajar, atau
seperti jarak antara Makkah dan Bushra." (Muttafaq 'alaih) *
Perihal dustanya Nabiullah
Ibrahim a.s. sebagaimana yang dikatakannya sendiri ada tiga kali banyaknya itu,
ceriteranya adalah sebagai berikut:
1. Nabi Ibrahim a.s. pernah
berkata kepada ayahnya: Inni saqim - Saya ini sakit, padahal sebenarnya
tidak, tetapi ini terpaksa harus beliau a.s. katakan, kerana beliau a.s. itu
diajak menyembah sesuatu yang selain Allah Ta'ala yakni berhala, bersama- sama
dengan Raja Namrudz.
2.Nabi Ibrahim a.s. merosak
dan memukuli berhala-berhala yang dipuja serta disembah oleh Raja Namrudz yang
musyrik itu, sampai rosak binasa seluruhnya dan ditinggalkan sebuah saja, yakni
yang terbesar sekali. Ketika masyarakat menjadi ramai dan memperkatakan bahawa
beliau a.s. yang berbuat kerosakan itu, lalu beliau a.s. ditanya oleh Raja
Namrudz, benarkah beliau a.s. yang merosak. Beliau a.s. menjawab: Bal
fa'alahu kabiruhum hadza - yang membuat kerosakan ialah berhala yang besar
sendiri itu, padahal sebenarnya memang beliau a.s. itulah yang mengerjakan
kerosakan tadi.
3. Pada suatu hari Nabiullah
Ibrahim a.s. sedang berpergian dengan isterinya yang bernama Sarah, sehingga
akhirnya datanglah di suatu negeri yang rajanya itu amat suka sekali kepada
golongan kaum wanita yang cantik secara berlebih-lebihan. Hampir setiap melihat
wanita elok, pasti dipinang untuk dijadikan isterinya dan wanita itu pun wajib
suka dan tunduk kepada kehendaknya. Demi beliau a.s. bertemu dengan raja itu,
lalu ditanya, siapakah wanita yang menyertainya itu. Sudah pastilah beliau a.s.
akan disiksa atau mungkin juga akan dibunuh, sekiranya mengatakan yang
sebenarnya yakni bahawa Sarah itu betul-betul isterinya. Oleh sebab itu beliau
a.s. berkata, demi untuk melindungi diri dan keselamatan jiwanya: Ukhti -
saudariku.
Padahal sebenarnya adalah
isterinya dan bukan saudarinya. Ceritera mengenai bab ini masih panjang
lanjutannya, tetapi oleh sebab buku ini disusun bukan untuk maksud ini,
sebaiknya diringkaskan sampai di sini saja.
1864. Dari Ibnu Abbas
radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibrahim a.s. datang - di Makkah yang dulu disebut
Faran -dengan membawa ibunya Ismail - yakni Hajar - serta anaknya lelaki yakni
Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim a.s. menempatkan isterinya
itu di dekat Baitullah, di sisi sebuah pohon besar yang ada di sebelah atas
Zamzam iaitu di Masjidul Haram yang sebelah atas sendiri. Di Makkah pada saat
itu belum ada seorang pun dan di situ tidak pula ada airnya. Di situlah Ibrahim
a.s. menempatkan isteri dan puteranya. Di sisi kedua orang ini olehnya
diletakkanlah suatu wadah - dari kulit - berisi kurma dan sebuah tempat air yang
berisi air. Ibrahim a.s. lalu membelakang - yakni meninggalkan Hajar dan Ismail
- terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya, lalu berkata: "Ke manakah anda
hendak pergi dan mengapa anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada
seseorang pun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apa pun?" Hajar berkata
demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim a.s. sama sekali tidak menoleh
kepada-nya.
Kemudian Hajar berkata:
"Adakah Allah yang memerintahkan anda berbuat semacam ini?" Ibrahim a.s.
menjawab: "Ya." Hajar berkata: "Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan
menyia-nyiakan nasib kita." Ibu Ismail lalu kembali ke tempatnya semula. Ibrahim
a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah - di daerah
Hajun, di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka - yakni Hajar dan
anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah, terus
berdoa dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau a.s. mengangkatkan
kedua tangannya, lalu mengucapkan, sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran,
yang ertinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkan keturunanku di suatu
lembah yang tiada berpohon -yakni tandus," sampai pada: "semoga mereka itu
bersyukur." Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu,
sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan ia pun haus, juga
anaknya pun haus pula.
Ibu itu melihat anaknya
bergulung-gulung di tanah, atau katanya: bergelut dengan tanah sambil
memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu, lalu ibunya itu ber-angkat kerana
tidak tahan melihat keadaan anaknya semacam itu. Hajar melihat sekelilingnya dan
nampaklah olehnya bahawa Shafa adalah sedekat-dekat gunung di bumi yang ada di
samping dirinya, ia pun lalu menuju ke puncak gunung ini dan berdiri di atasnya,
kemudian ia menghadap ke lembah, melihat di situ, kalau-kalau dapat melihat
seseorang manusia, tetapi tidak ada. Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga
setelah ia sampai di lembah lagi, ia pun mengangkat gamisnya, terus berjalan
lagi bagaikan jalannya seseorang yang sedang dalam kesukaran - yakni
berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi Marwah,
berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada seseorang
manusia yang dapat dilihat olehnya. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar mengerjakan
sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan
Marwah."
Ibnu Abbas berkata: "Nabi
s.a.w. bersabda: "Oleh sebab itu para manusia - dalam mengerjakan ibadat haji
meneladani kelakuan Hajar tersebut, bersa'i - yakni berlari-lari kecil - antara
Shafa dan Marwah." Keduanya ini bukan gunung yang sebenarnya, tetapi hanyalah
tanah yang agak meninggi letaknya. Ibnu Abbas melanjutkan keterangannya:
"Setelah ia berada di atas Marwah - yakni tujuh perjalanan yang terakhir, lalu
ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata: "Diamlah" yang dimaksudkan ialah
kepada dirinya sendiri - yang disuruh diam untuk memperhatikan suara apa itu.
Selanjutnya didengarlah
dengan penuh perhatian, lalu sekali lagi dapat di-dengarnya suara tersebut. Ia
pun terus berkata: "Anda telah memperdengarkan suara kepada saya, maka
segerakanlah memberikan pertolongan kepada kita, jikalau memang sengaja akan
memberikan pertolongan." Tiba-tiba di situ nampaklah oleh Hajar ada seorang
malaikat di dekat tempat sumur zamzam - yang di waktu itu belum keluar airnya.
Malaikat itu meneliti dengan kakinya, atau katanya: Dengan sayapnya, sehingga
keluarlah airnya. Hajar mulai bekerja membuat tempat air itu bagaikan bentuk
danau - yang dibulatkan - dan dengan tangannya ia mengerjakan itu sedang
mulutnya mengucapkan: "Ah, beginilah yang saya harapkan." Hajar menceduk air itu
dan meletakkannya dalam tempat airnya. Air zamzam itu terus menyumber dengan
derasnya setelah diceduk olehnya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Dengan
sekedar cedukan yang dilakukan oleh Hajar." Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma
berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan kerahmatanNya kepada
ibu Ismail, andaikata ia meninggalkan zamzam itu - yakni tidak diceduk-nya,
nescaya akan meluap airnya ke seluruh bumi." Atau sabdanya: "Andaikata ibu
Ismail itu tidak menciduk air zamzam tadi, nescayalah zamzam itu akan merupakan
mata air yang dapat mengalir hebat - yakni dapat memenuhi seluruh permukaan
bumi." Ibnu Abbas melanjutkan: "Ibu Ismail lalu minum dan dapat lagi menyusui
anaknya." Malaikat berkata kepadanya: "Janganlah anda takut akan binasa di sini,
sebab di sini nanti akan didirikanlah sebuah Rumah Allah -yakni Baitullah iaitu
Ka'bah. Yang mendirikan ialah anak ini beserta ayahnya.
Sesungguhnya Allah tidak akan
menyia-nyiakan orang-orang yang berbakti kepada Allah - yang tentu menginginkan
berziarah ke Baitullah ini." Tempat Baitullah itu meninggi di atas bumi,
bagaikan tanah tinggi, yang akan didatangi oleh beberapa banjir, lalu merosak
sebahagian kanan dan sebahagian kirinya. Demikianlah keadaan Hajar dengan
anaknya, sehingga pada suatu ketika berlalulah di tempat mereka itu sekelompok
kawanan yang sedang mengadakan perjalanan dari golongan suku Jurhum. Atau yang
datang itu adalah sekeluarga dari golongan suku Jurhum yang menuju ke suatu
tempat dari jalan Kada'. Mereka turun -yakni berhenti - di bahagian bawah kota
Makkah. Mereka melihat ada burung sedang terbang seolah-olah mengelilingi air.
Kata mereka: "Burung ini
pastilah terbang mengelilingi suatu mata air. Nescayalah tempat keamanan kita
adalah di lembah ini, sebab ada air di tempat itu. Selanjutnya dikirimkanlah
seseorang atau dua orang utusan yang dapat berlari cepat menuju lembah tersebut
dan mereka benar-benar dapat menemukan tempat air. Utusan-utusan itu kembali
terus memberitahukan kepada orang-orang Jurhum. Mereka semua datang mendekati
dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada di tempat air tersebut. Mereka berkata:
"Apakah anda suka mengizinkan kita kalau berdiam saja di sisi anda di sini?" la
menjawab: "Baiklah, tetapi sama sekali engkau semua tidak ada hak atas air ini."
Mereka berkata: "Baiklah." Kedatangan orang-orang Jurhum itu berkenan sekali
dalam hati ibu Ismail, kerana sebenarnya ia senang untuk berkawan.
Orang-orang Jurhum itu
menyuruh semua keluarganya supaya datang di situ dan akhirnya semuanya pun
berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orang Jurhum itu banyak yang ahli
dalam ilmu persyairan - yakni puisi dan kesusasteraan bahasa Arab. Anak Hajar
-yakni Ismail - makin hari makin besar dan belajar bahasa Arab dari mereka. Anak
ini menimbulkan kegembiraan serta membuat mereka menjadi takjub setelah ia
tumbuh sebagai seorang pemuda. Setelah Ismail cukup dewasa, mereka
mengahwinkannya dengan seseorang wanita dari suku Jurhum itu.
Sementara itu ibu Ismail
-yakni Hajar - wafatlah." Ibnu Abbas berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Ibrahim
a.s. datang - di Makkah - setelah Ismail sudah kahwin. la mengamat-amati apa-apa
yang terjadi dalam rumah setelah ditinggal pergi oleh Ismail, kerana Ibrahim
tidak dapat berjumpa dengan anaknya itu. Ibrahim bertanya kepada isterinya, ke
mana perginya, lalu dijawab: "la keluar mencari sesuatu untuk kami." Dalam
riwayat lain disebutkan: "Keluar untuk berburu guna kepentingan kami." Kemudian
Ibrahim menanyakan kepada isteri-nya perihal kehidupan mereka serumahtangga dan
keadaan sehari-harinya. Isterinya menjawab: "Nasib kita buruk sekali, yakni
dalam keadaan serba sukar dan penuh kesengsaraan." Wanita itu me-ngadukan halnya
kepada mertuanya tadi.
Ibrahim lalu berkata: "Nanti
jikalau suamimu telah datang, maka sampaikanlah ucapan salam daripadaku dan
katakanlah padanya, supaya ia mengubah bandul pintunya - ini adalah kiasan
daripada seseorang isteri. Setelah Ismail datang, ia merasa seolah-olah ada
sesuatu yang mengganggu fikirannya, lalu ia berkata: "Apakah ada seseorang yang
tadi datang di tempat ini?" Isterinya menjawab: "Ya. Kita didatangi oleh seorang
tua yang sifatnya demikian, demikian, ia pun bertanya kepada kami perihal diri
anda, lalu saya beritahukan yang sebenarnya. Selanjutnya ia bertanya lagi kepada
saya, bagaimanakah perihal kehidupan kita.
Saya memberitahukan padanya
bahawasanya kita hidup dalam keadaan penuh kesengsaraan dan kesukaran. Ismail
bertanya: "Apakah orang tua itu tidak memesankan sesuatu padamu?" Isterinya
menjawab: "Ya, orang tua itu menyuruh saya supaya saya sampaikan ucapan salamnya
kepada anda dan berkata -dalam pesannya: "Ubahlah bandul pintumu." Ismail
berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan beliau telah memerintahkan kepada saya
supaya saya menceraikan engkau. Maka itu temui kembalilah keluargamu." Ismail
menceraikan isterinya itu, kemu-dian kahwin lagi dengan seorang perempuan lain.
Ibrahim tetap meninggalkan
mereka itu dalam waktu yang di kehendaki oleh Allah, kemudian mendatangi mereka
lagi sesudah itu, tetapi kali ini pun ia tidak menemukan anaknya. la masuk
rumahnya dan ditemui oleh isterinya, lalu menanyakan kepada isterinya itu
perihal Ismail, la berkata: "la sedang keluar untuk mencari rezeki guna kita
semua." Ibrahim bertanya: "Bagaimana-kah keadaan penghidupanmu semua." la
menanyakan perihal kehidupan serta keadaan sehari-hari yang mereka alami.
Isterinya menjawab: "Kita semua dalam keadaan baik dan rezeki yang cukup luas."
Wanita ini pun banyak memuji kepada Allah atas segala kenikmatan yang diberikan
olehNya. Ibrahim bertanya: "Apakah yang engkau semua makan." Isterinya menjawab:
"Daging." Tanya-nya lagi: "Apakah yang engkau semua minum?" la menjawab: "air."
Ibrahim berdoa: "Ya Allah, berilah keberkahan kepada mereka ini dalam makanan
dagingnya dan minuman airnya." Seterusnya Nabi s.a.w. bersabda: "Di kalangan
mereka - penduduk Makkah - di waktu itu tidak ada biji-bijian, andaikata ini
ada, tentulah Ibrahim juga mendoakan keberkahan biji-bijian itu untuk mereka."
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Maka tidak seorang pun yang tidak
mencampurkan daging dan air itu dalam makanannya untuk selain di Makkah,
melainkan keduanya itu tidak akan mencocokinya." Dalam riwayat lain disebutkan:
"Ibrahim datang, lalu berkata: "Manakah Ismail?" Isterinya menjawab: "la pergi
untuk berburu." Isterinya berkata: "Tidakkah bapa suka singgah dulu di sini
untuk makan dan minum?" Ibrahim bertanya: "Apakah makananmu dan apakah
minumanmu?" la menjawab: "Makanan kita adalah daging dan minuman kita adalah
air." Ibrahim lalu berdoa: "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada mereka akan
makanan serta minuman mereka." Ibnu Abbas berkata: "Abul Qasim - iaitu Nabi
Muhammad s.a.w. - bersabda: "Itulah dengan sebab berkah doanya Ibrahim a.s."
Ibrahim berkata: "Jikalau suamimu datang maka sampaikanlah ucapan salamku
padanya dan perintahkanlah padanya supaya di-tetapkan saja bandul pintunya."
Setelah Ismail datang, ia berkata: "Apakah ada seseorang yang datang di tempatmu
ini?" Isterinya menjawab: "Ya, ada seorang tua yang baik sekali keadaan
pakaian-nya." Wanita itu banyak mengeluarkan pujian pada orang tua tersebut.
Selanjutnya ia berkata: "la bertanya kepadaku tentang hal-ehwal diri anda.
Kemudian saya beritahukan hal
itu kepadanya. Lalu bertanya: "Bagaimanakah keadaan hidup kita, lalu saya
memberitahukan bahawasanya kita dalam keadaan baik-baik saja." Ismail bertanya:
"Apakah orang tua tadi memesan sesuatu padamu?" la menjawab: "Ya, ia
menyampaikan ucapan salam pada anda dan memerintahkan kepada anda supaya anda
menetapkan bandul rumahnya." Ismail berkata: "Orang tua itu adalah ayahku dan
yang dimaksudkan bandul pintu adalah engkau. Jadi ia menyuruh kepada saya supaya
tetap memegangmu sebagai isteri." Ibrahim berdiam meninggalkan mereka selama
waktu yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala, kemudian datang pulalah sesudah itu.
Di waktu kedatangan Ibrahim
itu, Ismail sedang meraut sebuah anak panah yang sedang dibuatnya, iaitu di
bawah sebuah pohon besar di dekat sumur zamzam. Setelah dilihatnya, ia pun
berdirilah menyongsongnya, kemudian keduanya berbuat sebagaimana seorang ayah
terhadap anaknya dan sebagai anak terhadap ayahnya. Sehabis itu Ibrahim berkata:
"Hai Ismail, sesungguhnya Allah menyuruh kepadaku akan sesuatu perkara." Ismail
berkata: "Kalau begitu, lakukanlah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah
kepada bapa itu!" Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan memberikan pertolongan
padaku untuk itu?" la menjawab: "Ya, saya akan menolong bapa."
Ibrahim berkata lagi:
"Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku, supaya saya mendirikan sebuah rumah
-yakni bait-di sana itu." Ibrahim menunjuk pada suatu bidang tanah yang tinggi.
Di atas sekitar tanah itulah rumah itu didirikan. Pada waktu itu ia meninggikan
paksi bait tersebut. Jadi Ismail yang datang dengan membawakan batunya, sedang
Ibrahim yang mendirikannya. Sehingga setelah bangunan itu telah tinggi,
datanglah beliau dengan membawa batu ini - yakni almaqam, lalu batu itu
diletakkan. Ibrahim berdiri di atasnya dan beliau sedang mendirikan bait dan
Ismail memberikan batunya, keduanya sambil mengucap-kan: Rabbana taqabbal
minna innaka antas sami'ul 'alim ertinya: Ya Allah, terimalah amalan kita
ini, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mendengar lagi Mengetahui. Dalam riwayat
lain disebutkan: "Sesungguhnya Ibrahim keluar dengan membawa Ismail dan ibu
Ismail - yakni Hajar.
Beserta mereka adalah sebuah
tempat untuk isi air. Ibu Ismail minum dari wadah air itu lalu meluaplah air
susunya untuk diberikan kepada bayinya itu, sehingga datanglah di Makkah.
Ibrahim meletakkan isterinya di bawah sebuah pohon besar. Selanjutnya Ibrahim
pun pulanglah kembali ke tempat keluarganya di Syam. la diikuti oleh ibu Ismail,
sehingga setelah mereka sampai di tanah Kada', isterinya memanggilnya dari
belakang: "Hai Ibrahim, kepada siapakah kita ini anda serahkan, kalau anda
meninggalkan kita." Ibrahim menjawab: "Kepada Allah." Isterinya berkata: "Kalau
begitu saya redha dengan Allah, sebagai Zat yang diserahi." la lalu kembali dan
masih terus dapat minum air dari wadah air yang di bawahnya tadi dan air susunya
pun tetap meluap untuk diberikan kepada bayinya.
Kemudian setelah air itu
habis, ia berkata: "Andaikata saya pergi ke situ, lalu saya melihat-lihat ke
sana ke mari, barangkali ada seseorang yang dapat saya temukan." Ibnu Abbas
berkata: "Hajar lalu pergi menaiki bukit Shafa, ia melihat ke sana ke mari dan
terus memerhatikan, barangkali ia dapat menemukan seseorang, tetapi tidak
seorang pun yang di temuinya. Setelah ia sampai di lembah dan berlari kecil
serta mendatangi bukit Marwah, kemudian mengerjakan sedemikian itu pergi-balik
sampai tiga kali, kemudian ia berkata: "Baiklah saya pergi menengok apa yang
dilakukan oleh anak bayiku." Ia pun pergilah, lalu dilihatnya anak itu sedang
dalam keadaannya yang amat berat seolah-olah ia merintih-rintih dengan suara
keras lalu perlahan.
Hatinya tidak tenang,
kemudian berkata: "Sebaiknya saya pergi lagi sekali, saya akan melihat ke sana
ke mari, barangkali saya menemukan seseorang." la pergi lagi, kemudian naik
bukit Shafa, terus melihat dan memperhatikan sekelilingnya, tetapi tidak seorang
pun yang dijumpai olehnya, sehingga lari kecilnya antara Shafa dan Marwah itu
lengkap tujuh kali pergi-balik. la berkata pula: "Cubalah saya melihat apa yang
dilakukan bayi itu." Tiba-tiba ia mendengar suatu suara, lalu ia berkata:
"Tolonglah, jikalau anda mempunyai sesuatu kebaikan." Sekonyong-konyong Jibril
a.s. nampak di situ, lalu ia berbuat sesuatu dengan kakinya dan berkata: "Nah,
beginilah." Jibril a.s. memasukkan kakinya di bumi lalu memancarlah airnya. Ibu
Ismail amat kehairanan menyaksikan itu, sehingga ia pun memenuhi kedua tapak
tangannya dengan air dan dimasukkan dalam wadah airnya." Selanjutnya
dihuraikanlah Hadis ini selengkapnya yang panjang. Diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dengan riwayat-riwayat ini seluruhnya.
Addawhah ialah pohon
besar. Ucapannya: qaffa ertinya meninggalkan dan membelakangi.
Aljariyyu iaitu
utusan, sedang alfa ialah menemukan. Ucapannya yansyaghu, iaitu
merintih dengan suara keras dan perlahan.
1865. Dari Said bin Zaid
r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.: Kam-ah - tanaman
sebangsa manisan - getahnya cair semacam madu,* sedang airnya dapat digunakan
sebagai ubat penyakit mata." (Muttafaq 'alaih)
* Almannu dapat
diertikan madu, iaitu sebangsa madu yang diberikan oleh Tuhan kepada kaum bani
Israil, ketika mereka sedang kebingungan dalam padang pasir Tiih dulu.
Tetapi dapat pula diertikan kurnia atau kenikmatan Tuhan. Jadi menurut erti
kedua ini, maka makna Hadis di atas ialah: Kam-ah itu termasuk kenikmatan
- yang dikurniakan oleh Allah pada para hambaNya - dan airnya dapat digunakan
sebagai ubat penyakit mata." Wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment